Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Union Mistik

Union Mistik yaitu salah satu jenis gaib yang berasal dari bahasa latin inua mystica yang berarti suatu pengalaman menyatunya antara jiwa insan dengan realitas yang lebih tinggi yang terjadi tanpa perantara. Kebersatuan ini mengangkat jiwa insan ke puncak potensinya sehingga ia mencapai atau bahkan menyatu dengan Tuhan atau setidak-tidaknya dengan pengetahuan Tuhan atau sumber transenden kehidupan. Beberapa padanan untuk istilah ini antara lain: ekstase, kemenyatuan (deifikasi), semadhi, persepsian langsung, satori, nirvana, dan lain-lain.
Dalam buku Mystical Dimention of Islam karya Annemarie Schimmel, istilah union gaib ialah nama dari paham fatwa mistik, yaitu mysticism of infinity. Paham gaib memandang Tuhan sebagai realitas yang Absolut dan tak terhingga dan memandang insan bersumber dari Tuhan dan sanggup mencapai penghayatan kesatuan kembali dengan Tuhannya (Tuhan sebagai dzat yang immguant yang bersemayam dalam alam semesta dan dalam diri manusia). Para penganut union gaib menekankan pada pendekatan valuntaristik, yakni berusaha membebaskan dan melarutkan kediriannya dengan Tuhan, dan menyatukan kehendaknya dengan kehendak Tuhan.
Pengalaman menyatu subyek dengan Tuhannya dianggap sebagai tingkat tertinggi dari pengalaman gaib dan jalan perenungan. Dalam beberapa agama, pengalaman ini spesialuntuk sanggup diperoleh apabila seseorang melalui tingkatan-tingkatan atau jalan, pada penghayatan ini dicapai dengan tiga taraf, yaitu via purgativa, via contemplativa dan via illuminativa.
Via purgativa, ialah segi filosofis yang terberat alasannya terdiri dari mawas diri, penguasaan segala nafsu, dan kemudian mensucikan seluruh hati spesialuntuk untuk Tuhan saja. Arti kata, untuk mencapai penghayatan yang tiruanrni-murninya kepada Tuhan, seseorang harus berani memmembuang segala bentuk ikatan dengan dunia atau membasmi segala nafsu atau harapan terhadap selain Tuhan. INI pensucian hati berdasarkan pengertian mistik. Kemudian gres bisa mengseriuskan pikiran sepenuhnya untuk Tuhan. Via contemplativa yaitu samadhi atau meditasi, yaitu memusatkan seluruh kesadaran dan pikiran dalam merenungkan keindahan Tuhan dengan penuh kerinduan. Tingkatan ini ialah segi mudah ibarat halnya upacara persujudan atau semadhi dalam penghayatan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Semadhi ini gres bisa dijalankan dengan tepat apabila hatinya sudah suci dari nafsu-nafsu dan noda-noda keduniaan.
Adapun Via Illuminativa ialah proses terbukanya tabir penyekat alam gaib, atau proses menerima penerangan dari nur gaib sebagai hasil dari samadhi atau dzikir. Penghayatan gaib ini berjenjang dan memuncak pada penghayatan makrifat pada Tuhan atau bahkan penghayatan manunggal dengan Tuhan. Bagi paham union mistik, penghayatan gaib atau ma’rifat ini spesialuntuk bisa dialami dan dinikmati oleh para orang khawas, yakni para kaum kebatinan, tidak bisa dicapai oleh orang awam. Karena orang awam pada umumnya tidak memiliki kemampuan untuk mawas diri, pengendalian nafsu, dan pensucian hati serta bersemadhi secara benar-benar hening.
Evelyn Underhill, sebagaimana dikutip oleh Kenneth Wabnick, merincinya lagi kedalam lima tingkatan proses yang terjadi pada diri seorang mistikus untuk menuju kemenyatuan.
Pertama: Konversi yang hadir tiba-tiba setelah melalui kegelisahan yang panjang. Kondisi ini disebut “Kebangkitan Diri” yang ialah sebuah pengalaman emosional yang gres dan tidak sama dari sekedar sensasi yang disertai dengan kesadaran wacana sesuatu yang lebih tinggi.
Kedua: Sesudah mengalami keadaan pertama tersebut, seorang mistikus mulai mencicipi bahwa contoh dan cara hidupnya yang kemudian tidak lagi memuaskan. Ia merasa harus mensucikan dirinya. Underhill menyebut proses ini sebagai masa “Pensucian Diri”, dimana kebiasaan-kebiasaan yang ia temukan didalam fungsi-fungsi sosialnya tidak lagi cocok dengan pengalaman batin yang ia peroleh. Praktek-praktek asketik dari para mistikus sanggup ditemukan pada tahap ini.
Ketiga: Sesudah mensucikan diri dari kecenderungan keinginannya sendiri dan kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya, ia memasuki tahap “Pencerahan Diri”. Disini pengalaman-pengalaman batinnya terasa lebih penuh dan berada dalam sebuah pemahaman langsung. Berbeda dengan tahap diberikutnya, dalam tahap ini ia memahami dirinya sebagai entitas yang terpisah atau belum menyatu dengan Ilahi.
Tahap ini yaitu tahap kulminasi dari pengalaman gaib dimana seorang mistikus kembali ke penyatuan dengan dirinya, kehidupan sosial dan alam pada umumnya. Oleh alasannya itu tahap ini disebut “penyatuan kehidupan” memasuki tahap ini, secara emosional seorang mistikus mencicipi suatu ketenteraman dan kedamaian yag menyeluruh dalam kehidupannya.
Di antara penganut dan sejumlah tokoh yang mendendangkan fatwa union gaib yaitu Suhrawardi, Ibnu Arabi, Hamzah Fansuri, Jalaluddin Rumi, al-Hallaj, dan lain lain. Hanya saja dalam mengungkapkan faham union gaib para tokoh tersebut memakai kalimat atau kata-kata perlambang yang kadang kala cukup rumit pemahamannya.
®
Kepustakaan:
Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Terjemah Machnun Hussein, (Rajpertamai Press, Jakarta, 1992). Ileana Marcooelesca, “Mistical Union”, dalam The Encyclopedia of Religion, (Macmillan Publissing Company, New York , 1987). Annemarie Scimmel, Dimensi Mistik dalam Islam, Terjemah Supardi Djaka Dawana, (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1986).