Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Konflik Dan Putus Asa Dalam Psikologi

Menurut Kurt lewin, terkadang individu menghadapi beberapa macam faktor-faktor yang saling berperihalan dan tarik menarikdanunik. Individu berada dalam keadaan konflik (perperihalan batin), yaitu suatu perperihalan batin, suatu kebimbangan, yang bila tidak segera diselesaikan, menyebabkan putus asa dan ketidak seimbangan kejiwaan. Konflik sanggup dibedakan menjadi empat yaitu:
Pertama: Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu lantaran menghadapi dua motif konkret yang sama kuat. Motif konkret maksudnya yaitu motif yang disenangi atau yang diinginkan individu.
Kedua: Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu lantaran menghadapi dua motif negatif yang sama kuat. Motif negatif itu yaitu motif yang tidak disenangi individu.
Ketiga: Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu lantaran menghadapi satu situasi mengandung motif konkret dan negatif sama kuat.
Keempat: Konflik ganda (double approach-avoidance conflict), yaitu konflik psikis yang dialami individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing mengandung motif konkret dan negatif sekaligus dan sama kuat.
Dalam rangka individu mencapai tujuan justru sering individu menghadapi kendala, sehingga ada kemungkinan tujuan tersebut tidak sanggup tercapai. Apabila individu tidak mencapai tujuan dan individu tidak sanggup mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak sanggup dicapai, maka individu akan mengalami putus asa atau kecewa. Ini berarti bahwa putus asa timbul lantaran adanya blocking dari prilaku yang disebabkan adanya hambatan yang menghadapinya. Individu yang mengalami putus asa sanggup mengalami depresi, merasa bersalah, rasa takut dan sebagainya.
Para psikoanalisis beropini bahwa putus asa ialah suatu kondisi yang sanggup mengancam eksistensi ego seseorang. Oleh lantaran itu , dalam menghadapi putus asa tidak mengherankan jika seseorang mengatakan rujukan sikap untuk mempertahankan egonya.
®
Kepustakaan:
Irwanto, Psikologi Umum, (Prenhallindo, Jakarta, 2002).