Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Rakyat Jaka Tarub Terbaru

Cerita Rakyat Jaka Tarub Terbaru - Di bawah ini yaitu dongeng rakyat yang cukup terkenal, yaitu Legenda Jaka Tarub dan 7 Bidadari. Bagaimanakah kisahnya ? Berikut ini yaitu dongeng Jaka Tarub terbaik. 


Jaka Tarub

Di sebuah desa terpencil di pinggiran hutan, hiduplah seorang cowok yang berjulukan Jaka Tarub. Dia yaitu cowok yang gagah dan lincah. Jaka Tarub senang sekali berburu binatang di hutan. Tak jarang ia masuk ke hutan yang lebat untuk mencari buruannya.

Pada suatu hari, Jaka Tarub pergi ke hutan untuk berburu. Dia masuk ke dalam hutan sendiri dengan spesialuntuk bermodal busur dan anak panah. Hari itu keberuntungan belum menghampirinya, sudah usang ia mencari tetapi belum juga menemukan sebuntut binatang pun. Keadaan ini memaksa Jaka Tarub untuk terus masuk ke dalam hutan yang lebat. 

Ketika hari sudah menjelang sore, Jaka Tarub diberistirahat di akrab kerikil besar di tengah – tengah hutan. Namun, datang – datang Jaka Tarub mendengar bunyi orang ramai di balik kerikil itu. Karena merasa penamasukan, Jaka Tarub mengendap – endap dan mencari tahu asal bunyi itu. 
Betapa terkejutnya Jaka Tarub dikala mengetahui bahwa sumber bunyi itu berasal dari perempuan – perempuan yang tengah mandi di telaga. 

“Siapakah gerangan perempuan – perempuan ini ? Tidak mungkin mereka insan biasa alasannya yaitu telaga ini sangat jauh dari perkampungan. Apakah perempuan – perempuan anggun ini bidadari dari kayangan?” pikir Jaka Tarub.

Jaka Tarub masih terkagum – kagum dengan apa yang dilihatnya, sampai matanya pun tertuju pada tumpukan selendang yang ada di atas batu. Karena penamasukan, ia mengendap – endap dan mengambil salah satu selendang itu, kemudian ia bersembunyi di balik kerikil sambil terus memperhatikan mereka. 

Sesudah bidadari – bidadari itu selesai mandi, mereka mengambil kembali selendang mereka dan bersiap untuk kembali terbang ke kayangan. Namun, salah satu diantara mereka sedih alasannya yaitu tidak menemukan selendangnya. 
“Dimana selendang mu?” tanya salah satu diantara mereka.
“Aku tida tahu, saya tadi menaruhnya di sini, tetapi kini selendang itu sudah tidak ada,” 
“Maafkan kami, kami tidak sanggup memmenolongmu alasannya yaitu waktu kita sudah habis dan harus kembali ke kayangan secepatnya,”

Kemudian bidadari – bidadari itu terbang meninggalkan dirinya sendiri. Bidadari itu merasa sedih ia pun terus mencari selendangnya.

Jaka Tarub yang melihat insiden itu kemudian keluar dari persembunyiannya dan menghampiri bidadari itu.
“Siapakah gerangan Engkau dan mengapa engkau bersedih,” tanya Jaka Tarub.
“Aku Nawang Wulang saya kehilangan selendangku dan tdak sanggup pulang,” jawabannya.

Advertisement
Karena hari sudah menjadi petang, Jaka Tarub mengajak Nawang Wulan untuk pulang ke rumahnya. Nawang Wulan pun menyetujuinya. Mereka berdua pulang menuju desa dan pada alhasil Nawang Wulan tinggal bersama Jaka Tarub. Sesudah sekian usang mereka tinggal bersama, Jaka Tarub melamar Nawang Wulan untuk menjadi istrinya.

Nawang Wulan yang sudah menyayangi Jaka tarub mendapatkan lamaran Itu. Mereka berdua kemudian hidup bahagia. Hari berganti hari kebahagiaan mereka semakin bertambah alasannya yaitu kehadiran seorang anak perempuan yang berjulukan Nawangsih. Hari demi hari mereka lewati dengan kebahagiaan. 

Namun, pada suatu hari dikala Nawang Wulan pergi ke lumbung padi untuk mengambil beras. Betapa terkejutnya ia menemukan selendang miliknya berada di antara tumpukan jerami. Segera ia mengambil selendang itu dan pergi menemui suaminya. Ia meminta klarifikasi kepada Jaka Tarub terkena selendang miliknya itu.

Pada awalnya Jaka Tarub tidak ingin menerangkannya, tetapi setelah didesak, ia pun menceritakan tiruananya. Nawang Wulan yang mendengar dongeng itu kecewa dengan suaminya. Dia pun marah, kemudian menggunakan selendang itu dan terbang kembali ke kayangan.

Sesudah kepergian Nawang Wulan, Jaka Tarub merawat putri kecilnya sendiri. Dia memenuhi tiruana kebutuhan Nawangsih menyerupai memdiberinya makan, dan memandikannya. Namun, Nawangsih kecil terus menerus menanyai keberadaan ibunya. Dia sangat merindukan kehadiran ibu di sisinya, sampai alhasil ia pun jatuh sakit. 

Jaka Tarub sangat bingung, ia sudah menhadirkan tabib untuk mengobati putrinya, tetapi Nawangsih tidak juga sembuh. Bahkan sakitnya bertambah parah. Tubuhnya semakin gerah dan ia terus menerus memanggil nama ibunya. Jaka Tarub tidak tahu harus berbuat apa lagi, ia pun pergi membawa anaknya menuju bukit tertinggi di desa itu.

“Wahai Nawang Wulan, apa engkau tidak kasihan dengan keadaan anak kita ? Pulanglah untuk anakmu! teriak Jaka Tarub.
Nawang Wulan yang melihat mereka dari atas merasa sedih dan ingin segera turun, tetapi dikala ia ingin kembali ke bumi bidadari yang lain mencoba untuk menghentikannya.
“Nawang Wulan, bila kamu kembali lagi ke dunia, berarti kamu sudah bukan lagi bidadari. Kau akan jadi insan bumi seutuhnya!”
“Biarlah begitu, Aku rela menjadi insan biasa dan tinggal bersama keluargaku di sana,” tanggapan Nawang Wulan.

Saat itu juga Nawang Wulan kembali ke bumi. Dia menemui anak dan suaminya. Nawangsih yang sudah bertemu ibunya berangsur – angsur pulih kembali. Akhirnya mereka berdua hidup senang menjadi sebuah keluarga biasa yang utuh.