Beberapa Jenis Wayang
Budaya wayang berkembang selama berabad-abad memunculkan banyak sekali ragam jenis wayang. Kebanyakan jenis wayang itu tetap memakai Mahabarata dan Ramayana sebagai induk ceritanya. Alat peraganya pun bermetamorfosis beberapa jenis, antara lain wayang yang terbuat dari kertas, kain, kulit, kayu, dan juga wayang orang (wayang wong).
Perkembangan jenis wayang juga dipengaruhi oleh keadaan budaya kawasan setempat. Misalnya wayang kulit purwa yang berkembang pula pada ragam kedaerahannya menjadi wayang kulit purwa khas daerah, menyerupai wayang Cirebon, wayang Bali, wayang Betawi, dan sebagainya. Ada beberapa jenis wayang di Indonesia, yang terpenting diantaranya yaitu :
Wayang Purwa (wayang kulit). Cerita wayang purwa bersumber pada wiracerita Mahabarata dan Ramayana. Wayang purwa ini ialah jenis wayang yang paling terkenal di masyarakat hingga ketika ini. Wayang purwa ada yang terbuat dari kulit (wayang kulit purwa) dan ada yang terbuat dari kayu (wayang golek purwa).
Wayang Madya. Wayang madya ini ialah ciptaan Sri Mangkunegara IV Surakarta. Ceritanya ialah lanjutan dongeng wayang purwa yaitu dari Yudayono hingga Jayalengka. Wayang madya ini tidak berkembang alasannya keberadaannya spesialuntuk terbatas pada lingkungan kadipaten Mangkunegara.
Wayang Gedog. Wayang gedog diciptakan oleh sunan Giri dengan ienteng gamelan pelog. Isi ceritanya yaitu lanjutan wayang madya dengan dasar ceritanya dari dongeng panji yang muncul zaman Kediri dan Majapahit, yang ialah cerita-cerita jenggala.
Wayang Klitik (krucil). Jenis wayang ini untuk menceritakan tanah Jawa, khususnya kerajaan Majapahit dan Pajajaran, sumber dongeng wayang klitik dari serat Damarwulan. Wayang klitik dibentuk oleh Pangeran Pekik, pertama kali wayang kulit ini terbuat dari kulit, lalu oleh Paku Buwana II wayang klitik ini dibentuk dengan materi kayu, sehingga apabila dimainkan menjadikan bunyi kliti “klitik-klitik” atas dasar inilah wayang krucil disebut wayang klitik.
Wayang Golek. Cerita wayang jenis ini bersumber pada serat Menak, yang mencakupkan dongeng korelasi negeri Arab dan Persia pada zaman pertama Islam.
Wayang Menak. Wayang yang isinya spesialuntuk menggambarkan riwayat menak dari lahir anak, dewasa, tua, hingga meninggal. Wayang ini dibentuk oleh Truna Dipa.
Wayang Cina. Wayang Cina dibentuk tahun 1850, ialah wayang yang berasal dari Kapitein Liem Kie Tjwan dengan sumber dongeng roman sejarah negeri cina.
Wayang Beber. Keberadaan wayang beber ini sudah berada dalam kepunahan. Wayang ini terdiri dari dua jenis yaitu: wayang beber purwa yang muncul zaman Majapahit oleh Prabangkara, dan wayang beber gedhong muncul pada zaman kesultanaan pajang oleh sunan Bonang kala XV.
Wayang Wong. Wayang wong yaitu pertunjukan wayang yang dipergunakan oleh insan (wong), meliputi: wayang purwa, wayang wong gedhong, wayang wong klitik, dan wayang wong menak.
Wayang Kontemporer. Wayang ini muncul alasannya perkembangan dari wayang kulit purwa yang muncul pada kala XX yaitu:
- Wayang Dobel, dibentuk pada tahun 1927 didaerah wonosari, Gunung kidul, Yogyakarta, sumber ceritanya dari riwayat nabi.
- Wayang Kancil, wayang ini dibentuk oloh Babah Bo Liem tahun 1925, sumber dongeng wayang kancil ini dari ceritera kancil.
- Wayang Wahyu, wayang yang dipergunakan untuk dakwah kaum Nasrani, dibentuk oleh RM. Soertato Hardjo Wahono.
- Wayang Pancasila, wayang yang dibentuk pada tahun 1980. Ceritanya kadang mengambil dari dongeng wayang klitik. Ciri yang menonjol yaitu kayonya diubahsuaikan dengan lambang Garuda Pancasila.
- Wayang Suluh, dibentuk tahun 1946, wayang ini dibentuk untuk mempersembahkan penyuluhan (obor) kepada masyarakat ihwal perjuangan.
- Wayang Ukur, dibentuk oleh Drs. Sukasman dari ISI Yogyakarta tahun 1982, cara pementasan ini dimainkan oleh dua dalang dengan lampu warna-warni, hal ini yang membedakan dengan yang lain.
- Wayang Diponegoro, dibentuk oleh Kuswaji Kawendra Susanto di Yogyakarta tahun 1983. Sumber ceritanya diambil dari babad Diponegoro.
- Wayang Sadat, dibentuk tahun 1980, oleh Suryadi seorang da’i dari Trucuk-Klaten. Sumber ceritanya dari kehidupan para wali sebagai penyebar agama Islam.
®
Kepustakaan:
Sunarto, Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta, Sebuah Tinjauan ihwal Bentuk, Ukiran, Sunggingan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991). Suwaji Bastomi, Nilai-Nilai Seni Pewayangan, (Semarang: Dahara Prize, 1993). Asmoro Achmadi, Filsafat Dan Kebudayaan Jawa, Upaya Membangun Keselarasan Islam dan Budaya Jawa, (Semarang: Cendrawasih, 2003). Suwaji Bastomi, Gemar Wayang, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1996). W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Sagio dan Samsugi, Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta, Morfologi, Tatahan, Sunggingan, dan Tehnik Pembuatannya, (Jakarta: CV.Hajimasagung, 1991).