Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi M. Yunan Nasution

M.Yunan Nasution lahir di kampung Botung, Kotanopan (Tapanuli Selatan) pada 22 Nopember 1913 AC (Dzulhijjah 1331. H) Botung ialah satu kampung kecil, terletak di seberang jalan Raya Medan-Bukittinggi, sehabis melewati Kotanopan dari jurusan Medan menuju Bukittinggi. Nama Nasution ialah nama orang tuanya dari marga Nasution, maka ditambah di belakang namanya, sehingga menjadi Mohammad Yunan Nasution.
Ibu Yunan Nasution ialah perempuan kampung biasa, yang bahagia bekerja, apa saja, yang penting halal dan membawa kemanfaatan buat diri dan keluarganya, berjulukan Bayinah. Suaminya, ayah Yunan Nasution ialah seorang saudagar masyhur di daerahnya. Khairullah namanya. Tapi sehabis mengerjakan ibadah Haji pada tahunv1927 namanya berganti menjadi Haji Ibrahim, sesuai dengan nama seorang Nabi yang mula-mula menitiskan ibadah Haji, ribuan tahun yang silam.
Meskipun banyak kegiatan yang harus dilakukan, tapi karena tekun, cerdas, di sekolahnya ia tidak merasa harus ketinggalan. Dari kelas tiga di Parabek, tanpa melalui jenjang di bawahnya, Yunan pribadi naik ke kelas lima. Setahun duduk di kelas lima, di tengah-tengah kesibukannya sebagai troep leider SIAP Imam Bonjol dan wartawan, Yunan naik ke kelas enam. Tapi sebab aneka macam aktivitasnya di luar yang makin menarikdanunik perhatiannya, maka ia tidak melanjutkan lagi ke tingkat diberikutnya di Bukittinggi, ke Tsanawiyah School, yang didirikan dan dipimpin Mukhtar Luthfi, seorang tokoh pergerakan keluaran Mesir, yang namanya masyhur.
Di sini, Yunan diterima di kelas terakhir. Dan tanpa mengurangi kewajibannya sebagai pelajar yang harus tetap berguru dibangku sekolah, Yunan tetap aktif di dalam lapangan pergerakan. Bahkan makin bertambah, apalagi gurunya, Mukhtar Luthfi sangat gigih di dalam pergerakan, melalui Persatuan Muslimin Indonesia, Permi. Berbarengan juga dengan kegiatannya yang lain yang juga makin berkembang, bidang kewartawanan.
Hanya setahun, Yunan berguru di Tsanawiyah, Yunan berhasil menuntaskan pendidikan agama secara formal dalam masa tiga tahun. Yaitu Thpertamaid-school Parabek 2 tahun (kelas tiga dan lima) serta Tsnawiyah setahun (kelas tiga). Sebaliknya sekolah umum, dilaluinya hingga di HIS.
Tsanawiyah School ialah sekolah formal terakhir yang ditempuh Yunan. Sesudah itu ia mengalihkan perhatiannya di bidang kemasyarakatan, melalui lapangan pergerakan, pers dan dakwah. Dan dari ketiga lapangan itulah kelak yang akan mengangkat hidupnya hingga menjadi salah seorang pemimpin yang ikut menggoreskan perjalanan Umat khususnya, di Indonesia.
M. Yunan Nasution di Sumatera, berjasa dalam kegiatan-kegiatannya menulis, mengarang dan berkhutbah atau berceramah. M.Yunan Nasution bantu-membantu almarhum Buya Hamka ulet menulis dan berbagi karangan-karangannya lewat Pedoman Masyarakat, di samping majalah-majalah Islam lainnya ibarat Panji Islam misalnya.
Sewaktu partai politik Islam Masyumi didirikan di Indonesia, maka di tahun 1956 M.Yunan Nasution terpilih menjadi Sekretaris Umum dari partai tersebut, sedang Ketua Umumnya ialah Mohammad Natsir. Itulah periode M.Yunan Nasution aktif sekali dalam memperjuangkan impian Islam di Indonesia.
Tetapi pada 16 Januari l962 (zaman rezim Sukarno), kira-kira pukul setengah empat menjelang fajar, rumah tempat tinggalnya di Jalan Cipinang Cempedak 11/16, Polonia, digedor tiga orang polisi militer yang kemudian menangkapnya (atas perintah atasan) dan ditahan di mess CPM di Jalan Hayam Wuruk, bantu-membantu dengan Mohamad Roem, Sutan Syahrir, Prawoto Mangkusasmito, Anak Agung Gde Agung, dan Subadio, Sultan Hamid. Semua insiden itu ialah kenang-kenangan pahit bagi Yunan (dan kawan-kawannya).
®
*Berbagai sumber