Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Inteligensi

Perkembangan struktur dan fungsi otak melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain) dan balasannya ke neocortex (thought brain). Meski saling berkaitan, ketiganya mempunyai fungsi masing-masing. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan inteligensi yaitu sebagai diberikut:
Pertama: Faktor Herediter atau Genotip
Faktor genetik ialah potensi dasar dalam perkembanan inteligensi. Gen, sering disebut juga sebagai faktor bawaan dari keturunan dan membawa kadar gen yang tidak sama-beda pada setiap orang. Implementasi dari gen pembawa inteligensi ini terwujud pada pembentukan struktur otak. Pengaruh gen dalam pembentukan struktur yaitu 50%, sedangkan 50% dibuat oleh kondisi di luar gen atau disebut lingkungan. Gen mempunyai dampak pada kewaspadaan dan kemampuan sensori, sedangkan lingkungan besar lengan berkuasa terhadap respons kognitif.
Kedua: Faktor Lingkungan
Lingkungan yang kaya akan stimulus (enriched environment) dan tantangan, dengan kadar yang seimbang dan ditunjang dengan faktor donasi dan pemberdayaan, akan menguatkan otot mental dan inteligensi, alasannya sangat memmenolong pertumbuhan koneksi sel otak. Begitu pula dengan pilihan gaya hidup, kondisi perlakuan dan pengalaman hidup akan sangat besar lengan berkuasa terhadap level perkembangan kognitif.
Ketiga: Asupan Nutrisi pada Zat Makanan
Hubungan linear antara nutrisi yang sanggup diserap badan dan pembentukan organ sudah terkode secara otomatis pada setiap orang. Semakin tinggi asupan suplai makanan (gizi) semakin tepat pembentukan organ tubuh. Sebaliknya, jikalau asupan gizi rendah, maka pembentukan struktur badan menjadi tidak kompak.
Jika kondisi ini dikaitkan dengan organ inteligensi (otak), akan mengakibatkan menurunnya tingkat kapasitas memori dan koneksi sel saraf yang terbentuk tidak kuat. Maka, peresapan isu pendukung inteligensi terganggu, dan jumlah isu yang sanggup diserap dalam durasi waktu tertentu lebih kecil.
Keempat: Faktor Kejiwaan
Kondisi emosional bernilai penting dalam menumbuhkan kreativitas yang dikendalikan oleh kemauan diri. Kreativitas ini sebagian besar muncul bukan dari pembentukan, melainkan menurut sikap alamiah.
Kejiwaan mempunyai nilai tersendiri secara fisiologis. Kondisi emosional besar lengan berkuasa secara struktural dalam fungsi-fungsi organ kelenjar yang dipengaruhi oleh otak. Misalnya, terpacunya pengeluaran adrenalin dipengaruhi oleh kondisi emosional.
®
Kepustakaan:
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Inteligensi Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001). Taufik Pasiak, Manajemen Inteligensi: Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk Kesuksesan Hidup, (Bandung: Mizan, 2006). Sutan Surya, Melejitkan Multiple Intelligence Anak Sejak Dini, (Yogyakarta: ANDI, 2007). Sintha Ratnawati (ed.), Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001).