Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Tradisi Buka Luwur

Buka luwur ialah satu diantara sekian banyak tradisi yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di Jawa. Secara niscaya tidak diketahui kapan buka luwur dimulai, tetapi buka luwur ialah tradisi tahunan yang selalu dilaksanakan setiap tanggal dan bulan. Tanggal 10 Muharram ialah tradisi buka luwur di kawasan Pemakaman Sunan Kudus.
Pada dasarnya program buka luwur dilaksanakan dua tahap, yaitu tahap pra buka luwur dan buka luwuran itu sendiri. Pada kegiatan pra buka luwur sudah dimulai semenjak H minus sepuluh. Pada hari-hari ini program lebih diseriuskan pada kegiatan ritual keagamaan, salah satunya yaitu dengan ditandai semaan al-Quran yang dilakukan dengan dua cara yaitu:
  1. Semaan al-Quran binnadlor yaitu semaan yang dilakukan oleh msyarakat di sekitar makam dan para peziarah. Biasanya pembacaan ini dipimpin oleh seorang kyai sepuh yang berada di sekitar Kecamatan Kota.
  2. Semaan al-Quran bil ghoib yaitu pembacaan secara hafalan. Untuk yang ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memang sudah hafal al-Quran, biasanya di pimpin oleh seorang kyai.
Acara ini mengandung maksud untuk sanggup meminimalisir penyimpangan yang ada dalam setiap ziarah. Selain itu setiap malam diadakan ritual keagamaan yang berupa tahlilan yang diikuti masyarakat dan para peziarah
Pada malam buka luwur yaitu pada malam tanggal 10 Muharrom diadakan upacara keagamaan berupa penpenghasilanan umum yang dihadiri oleh masyarakat dan tamu undangan. Acara dilanjutkan dengan sholat maghrib bersama dan pemberian nasi bungkus kepada tiruana permintaan dan masyarakat tanpa memandang setrata sosial. Pada malam harinya dilakukan prosesi inti buka luwur yaitu pelepasan kain putih yang mengelilingi makam Sunan Kudus. Pada dikala inilah juga dilampaui dengan bacaan ayat-ayat al-Quran. Prosesi ini biasanya dipimpin oleh seorang kyai sepuh.
Pada pagi hari tanggal 10 Muharrom ialah hari perhelatan buka luwur. Karena pada dikala inilah dilakukan pemasangan kembali kelabubu yang baru. Karena kelabubu Makam Sunan Kudus di yakini membawa berkah bagi siapa yang menerimanya, maka Kelambu yang sudah dilepas tidak untuk dilelangkan tetapi spesialuntuk disumbangkan kepada beberapa orang atau forum yang membutuhkan.
Hal ini untuk mengantisipasi penyimpanagan program ritual buka luwur menjadi program bisnis. Hal yang menarikdanunik dari prosesi ini ialah setiap tahun sanggup melakukan program ini, dalam kegiatan ini selalu menyembelih kurang lebih tujuh hingga sembilan buntut kerbau, 68 buntut kambing serta sepuluh ton beras dan untuk sanggup memenuhi tiruana persyaratan tersebut biasanya menghabiskan dana kurang lebih tujuh puluh tujuh juta rupiah. Dana itu diperoleh dari kas yayasan dan juga partisipasi masyarakat sekitar.
Untuk mengantisipasi semoga program ritual ini dari pergemasukan nilai, maka pengurus berketetapan untuk tidak mengizinkan tiruana bentuk pertunjukan. Baik yang bersifat hiburan maupun yang lainnya. Para pengurus spesialuntuk serius pada pelaksanaan program buka luwuran.
®
*Berbagai Sumber