Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Sikap Tasamuh

Tasamuh berarti sikap tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai sesama manusia. Pada hakikatnya, sikap ibarat ini sudah dimiliki oleh insan semenjak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan. Tasamuh juga disebut toleran.
Dalam kehidupan bermasyarakat penting adanya sikap tasamuh, bersikap tasamuh berarti mempersembahkan peluang kepada orang lain untuk mengambil haknya sebagaimana mestinya. Apabila tasamuh ini tidak ada, maka akan terjadi perselisihan antara dua pihak yang mempertahankan pendapat dan hak langsung tanpa memdiberi peluang orang lain mengambil haknya.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap tasamuh, Allah berfirman,
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (Q.S. al-Kafiruun: 6).
Ayat ini dijadikan dalil bahwa kekufuran itu secara menyeluruh adalah satu millah (agama). Masing-masing pihak bebas melaksanakan anutan agama yang diyakini. Masing-masing berhak melaksanakan peribadahan sesuai dengan keyakinan tanpa mengusik ibadah orang lain, harus saling menghormati dan menghargai hak-haknya. Bentuk-bentuk sikap tasamuh dalam kehidupan antara lain
  1. Tidak menganggu ketenangan tetangga,
  2. Tidak melarang tetangga apabila ingin menanam pohon di atas kebunnya,
  3. Menyukai sesuatu untuk tetangganya, sebagai mana ia suka untuk dirinya sendiri. Hikmah sikap tasamuh ini antara lain
  4. Memuaskan batin orang lain, alasannya sanggup mengambil hak sebagaimana mestinya,
  5. Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya mengakibatkan semakin eratnya korelasi persaudaraan orang lain dengan dirinya,
  6. Eratnya korelasi baik dengan orang lain sanggup memperlancar terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat,
  7. Dapat memperluas peluang untuk memperoleh rezeki alasannya banyak relasi.
®
Kepustakaan:
T. Ibrahim dan darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangakai Pustaka Mandiri, 2009). Al-Quran dan Terjemahannya Juz 1-15, (Kudus: Menara Kudus, 2006). Abdullah Bin Muhammad, Tafsir Ibn Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2008).