Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Pendapat Mengenai Tafsir Sufi

Para ulama tidak sama pendapat terhadap tafsir sufi, sebagaian ada yang membolehkan dan sebagian lain tidak membolehkan dan melarangnya. Ulama yang membolehkan menganggapnya sebagai kesempurnaan iman. Sebaliknya, ulama yang melarangnya menilainya sebagai kesesatan dan penyimpangan dari agama Allah.
Bahkan oleh sebagian ulama, tafsir sufi digolongkan sebagai sesuatu yang guah, alasannya yaitu orang-orang sufi memdiberi makna ayat al-Quran dengan kepada makna lain yang tidak dimengerti orang lain, dan diadaptasi dengan pandangan dan pedoman mereka
Oleh alasannya yaitu itu, Dalam menyikapi kehujahan tafsir sufi, umat Islam terbagi menjadi tiga kelompok yang tidak sama, yaitu:
Kelompok yang pertama, menolak. Mereka menganggap tasawuf ini yaitu bid’ah, yang berperihalan atau menyimpang dari Islam, alasannya yaitu berasal dari luar Islam. Kelompok ini pada umumnya yaitu kaum literalis dan formalis Islam, menyerupai Khawarij, para modernis dan kalangan Wahabiyin. Di antara ulama, yang mengecam tafsir jenis ini yaitu Imam al-Suyuthi yang mengatakan, bahwa apa yang sudah dikatakan oleh kaum sufi terkena al-Quran bukan sebagai tafsir.
Kelompok yang kedua, menganggap Tasawuf yaitu bid’ah yang diperbolehkan dalam Islam, sebagaimana kerahiban dalam pedoman Kristiani. Kelompok ini berdalil dengan ayat al-Quran:
Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami diberikan kepadanya Alkitab dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih akung. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah Padahal Kami tidak mewajibkan nya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, kemudian mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami diberikan kepada orang-orang yang diberiman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (QS. 57:27).
Kelompok ketiga, yang beropini bahwa tasawuf ialah intisari dan jiwa sejati dari Islam itu sendiri, yang lahir dari al-Quran dan Sunnah Nabi. Imam al-Zarkayi mengatakan, bahwa ucapan-ucapan orang sufi yang membuktikan ayat-ayat al-Quran bukanlah sebagai tafsir, melainkan makna mereka raba-raba sendiri di dikala sedang membaca al-Quran.
Az-Zarkasy dalam kitabnya al-Burhan mengatakan, bahwa ucapan kaum sufi dalam menafsirkan al-Quran, dikatakan bahwa ia bukanlah tafsir, melainkan makna-makna dan penemuan-penemuan yang mereka temukan sewaktu membaca.
®
Kepustakaan:
Mohammad Nor Ichwan, Belajar Al-Qur’an, (Rasail, Semarang, 2005). Machnun Husein, Futuhatul Makiyah (terj) (Jakarta: Rajpertamai Pers, t.th).