Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Potensi Dasar Insan Dalam Kajian Tasawuf

Dalam kajian tasawuf, potensi dasar insan dipandang sebagai objek yang khas sesuai sudut pandang yang digunakan. Penciptaan insan dalam tasawuf diyakini terdiri dari unsur jasmani dan unsur rohani. al-Hallaj tokoh tasawuf falsafi beropini potensi dasar manusia, yaitu sifat (nasut) dan sifat ketuhanan (lahut), alasannya dua unsur yang membentuk insan itu sendiri. Unsur bahan menyebabkan insan mempunyai kecenderungan berbuat jelek dan unsur rohani menyebabkan insan kecenderungan ingin selalu bersahabat dengan Tuhannya.
Senada dengan al-Hallaj, potensi dasar insan manusia berdasarkan Ibn Arabi terdiri dari aspek batin (al-Haqq) dan aspek Lahir (al-Khalq) yang ialah manifestasi dari al-Haqq.
Citra insan yang terpenting dan disahkan oleh para tokoh tasawuf ialah seluruh insan dilahirkan dalam kondisi suci (fitrah), yaitu insan terlahir dalam kondisi tidak mempunyai dosa sama sekali dan mempunyai potensi dasar taat kepada Allah. Kondisi fitrah ini, kemudian menerima dampak secara terus menerus dari lingkungan yang tentunya mempengaruhi perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang. selain itu insan juga dengan mempunyai kebebasan (free will), sehingga insan berhak menentukan jalannya sendiri.
Meskipun insan diciptakan paling sempurna, namun ia bisa mencapai derajat terendah jikalau tidak bisa menentukan kebaikan. Selain itu potensi dasar insan juga dilengkapi dimensi rohaniah menyerupai qulb, ruh, nafs dan akal.
®
Kepustakaan:
M. Amin Syukur, Tasawuf Konstekstual Solusi Problem Manusia Modern, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2003). Muhammad Hasyim, Dialog Antar Psikologi dan Tasawuf : Telaah Kritis Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2000). Robert Frager, Psikologi Sufi Untuk Transormasi Hati, Diri dan Jiwa, (Serambi Ilmu Semesta: Jakarta, 2002).