Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori-Teori Perubahan Evolusi

Dalam proses evolusi, perubahan akan tejadi dengan sendirinya tanpa ada rekayasa atau perencanaan matang dari kehendak pelaku tertentu. Perubahan ini berpertama dari kaitan unsur-unsur sistem masyarakat, budaya, dan kondisi yang sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Tetapi dalam perubahan ini tidak harus sejalan dengan kondisi yang ada dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ada beberapa teori perubahan evolusi yang sanggup digolongkan menjadi beberapa identifikasi sebagai diberikut:
Pertama: Universal theories of evolution
Dalam teori ini perkembangan masyarakat tidaklah melalui tahapan-tahapan tertentu. Hal ini dikarenakan bahwa kultur insan sudah mengi kuti satu garis evolusi tertentu. Herbert Spencer menguraikan prinsip-prinsip teori ini, ia menyampaikan bahwa masyarakat ialah hasil dari perkembangan dari kelompok masyarakat yang beragam atau homogen.
Hal ini sesuai dengan mazhab fungsionalisme dalam antropologi. Perubahan sosial juga bisa dilihat dari kebudayaan masyarakat tertentu, Branislaw Malinowski, menyampaikan bahwa insan bekerjsama memiliki kebutuhan bersama baik biologis maupun psikologis. Fungsi kebudayaan ialah untuk memenuhi kebutuhan insan tersebut. Jika insan membutuhkan wilayah instrumental ibarat hukum, pendidikan, maka insan akan berupaya melaksanakan langkah-langkah budaya melalui perubahan, begitu terus menerus. INI yang kita sebut dengan evolusi universal.
Kedua: Uniliniear theories of evolution
Teori ini beropini bahwa, insan atau masyarakat mengalami perubahan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu, mulai bentuk yang paling sederhana hingga pada kompleksitas. Auguste Comte ialah salah satu tokoh teori ini, ia menyampaikan bahwa proses evolusi harus dimenolong oleh perjuangan insan faktual sesuai dengan tahapannya. Walaupun begitu Comte juga perkembangan positivisme juga sangat menghipnotis perkembangan dan perubahan sosial secara terus menerus.
Karena teori ini memakai logika linear maka perkembangan masyarakat akan terus menerus mengalami perkembangannya secara sedikit demi sedikit menuju tahap akhir. Seperti kemajuan teknologi, dan lain sebagainya. Variasi dari teori ini ialah cyclical theory yang di pelopori oleh Vilvedro Pareto.
Teori-teori di atas ialah teori tokoh sosiolog klasik, sehingga untuk masa kini teori ini lebih banyak ditinggalkan oleh para ilmuwan. Karena hal ini dianggap susah untuk memilih tahapan-tahapan perubahan sosial.
Selanjutnya, ialah perubahan dengan skala cepat. Telah disinggung diatas bahwa perubahan dengan cara ini harus mencakup beberapa aspek sendi-sendi kehidupan masyarakat baik pendidikan, struktur pemerintahan, lembaga-lembaga sosial. Dalam perubahan ini juga bersifat relatif bisa direncanakan maupun tidak direncanakan. Hal ini sesuai dengan revolusi Prancis yang membutuhkan waktu yang cukup lama, ibarat proses transisi masyarakat industri inggris.
Perubahan cepat tersebut spesialuntuk sanggup di lakukan di situasi masyarakat modern, sedangkan perubahan lambat terjadi di lingkungan masyarakat tradisional. Karena bekerjsama masyarakat modern memiliki paradigma berfikir yang bisa mencapai wilayah kritisisme humanis, sehingga dengan demikian akan berdampak pada nilai-nilai ontologis kemanusiaan yang bekerjsama insan memiliki keunggulan dalam interaksi sosial secara nyata.
Berangkat dari beberapa klarifikasi tersebut di atas, maka proses perubahan secara cepat dan radikal revolusi biasanya dipertamai dengan pemberontakan. Di Indonesia contohnya saat terjadi pemberontakan para buruh tani Banten yang terjadi pada tahun 1888.
®
Kepustakaan:
Simandjuntak, Perubahan dan Perencanaan Sosial, (Bandung: Tarsito, t.th.). Betty. R Scharf, Sosiologi Agama, (Jakarta: Prenada Kencana, 2004). Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000). Bryan Turner, Teori Sosiologi Modernitas dan Posmodernitas, Penerjemah Imam Baehaki dan Ahmad Baidlowi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000).