Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Unsur-Unsur Peradaban

Peradaban sebagai sistem sosial yang memmenolong insan untuk meningkatkan produktifitasnya di bidang kebudayaan, mempunyai unsur sebagai prasyarat sehingga dikatan sebagai sebuah peradaban. Unsur-unsur peradaban, yaitu:
Pertama: Sains
Klasifikasi Islam atas sains didasarkan pada hierarki, yang selama berabad-abad sudah membentuk matriks yang latar belakang sistem pendidikan muslim. Kesatuan sains selalu ialah ialah instuisi utama dan sentral, yang jadi tolok pandangan bagi studi bermacam-macam sains ini. Berpertama dari intuisi yang tak sanggup dibantah tentang kesatuan banyak sekali disiplin ini, sains dipandang bagikan cabang bacang dari sebatang pohon, yang tumbuh dan memerlurkan daun dan buah sesuai sifat pohon itu sendiri.
Pengklasifikasian sains di kalangan cendekiawan Islam, dimulai oleh al-Kindi pada era ke 3 H/ ke 9 M dengan membagi pengetahuan menjadi dua yaitu divine science dan human science dan kemudian dilanjutkan oleh yang lain. Mulanya berdaskan pemberian sains berdasarkan Aristoteles ke dalam sains teorretis, paraktis dan reproduktif, kemudian sistem penjabaran ini makin usang seksama. Disiplin ilmu Islam ditambah pada sains kuna, dan ilmu agama yang metafisika dalam pengertian gnosis menempati tingkat tertinggi.
Kedua: Bahasa
Bahasa elemen terpenting dari setiap kebudayaan atau peradaban yakni bahasa. Jika sebuah peradaban universal muncul, akan terdapat kecenderungan munculnya sebuah bahasa universal. Bahasa dunia yakni bahasa Inggris. Hal ini mengandung dua arti, tetapi spesialuntuk satu hal yang akan menopang keberadan sebuah peradaban universal. Hal itu sanggup berarti bahwa semakin meningkatnya jumlah ada pembuktian yang sanggup menopang peryataan ini, dan sekalipun ada tidak sanggup mengajukan suatu proposisi yang tepat, selain spesialuntuk mengatakan keadaan sebaliknya.
Data yang tersedia yang terkumpul selama lebih dari tiga dekade sebut bahwa seluruh bahwa yang dipakai di dunia ini tidak mengalami perubahan secara dramatis. Penurunan-penurunan yang signifikan berkaitan dengan jumlah orang-orang yang berbahasa Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Jepang.
Dalam satu pengertian, sebuah bahasa yang dipakai oleh 92 % penduduk dunia tidak sanggup disebut sebagai bahasa dunia. Dalam pengertian yang lain, kalau satu bahasa dari pelbagai kelompok bahasa serta kebudayaan yang tidak sama dipakai sebagai masukana komunikasi antara satu dengan yang lain, kalau ia yakni lingua franca, atau dalam istilah-istilah linguistik, sebagai bahasa dunia yang dipakai untuk komunikasi yang lebih luas.
Orang-orang yang perlu berkumonikasi dengan bahasa lain harus menemukan masukana-masukana itu. Suatu saat mereka membutuhkan orang-orang yang hebat dalam dua atau lebih bahasa yang berperan sebagai interpreter atau penerjemah. Dan hal itu tentu terasa kaku, begitu menyita waktu, dan mahal itulah sebabnya, dalam sejarah muncul pelbagai lugiua franca. Bahasa latin bagi masyarakat Perancis untuk sejumlah negara-negara Barat, di sebagian besar Afrika. Dan bahasa Inggris yang dipakai di hampir penjuru dunia dan pertengahan era XX. Para diplomat usahawan, ilmuwan, wisatawan dan pelbagai forum atau distributor jasa yang melayani mereka, para pilot dan air traffic controlerss, dan bidang-bidang lain yang lebih luas, seluruhnya memakai bahasa Inggris.
®
Kepustakaan:
Seyyed Hossein Nasr, Sains Dan Peradaban Di Dalam Islam, (Pustaka; Bandung, 1986). Harun Nasotion, Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam, (Bulan Bintang; Jakarta, 1973).