Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bentuk Sikap Filantropi

Perilaku filantropi ialah sikap baik. Perilaku filantropi mempunyai banyak sekali macam bentuk. Bentuk sikap filantropi, diantaranya:
Pertama: Pemurah
Pemurah artinya suka memdiberi atau suka memmenolong orang atau memdiberi pertolongan, menolongan kepada orang lain. tunjangan atau tunjangan itu sanggup berupa harta benta, tenaga, atau pikiran. Allah memilih nasib orang tidak sama beda. Ada orang yang hidupnya berkecukupan, ada yang belum sempurnanya. Adakalanya orang bernasib mujur atau beruntung, adakalanya bernasib malang.
Sifat pemurah seseorang tampak terlihat dalam sikapnya sehari-hari. Ia tidak segan-segan mempersembahkan menolongan kepada orang yang membutuhkan baik diminta ataupun tidak. Orang yang mempunyai sifat pemurah tidak resah mengeluarkan sebagian hartanya untuk memmenolong orang lain. Jika ada orang hadir meminta menolongan, ia dengan tulus mempersembahkan menolongan.
Kedua: Sedekah dan Infaq
Infaq ialah mengeluarkan sebagian harta benda yang dimiliki untuk kepentingan yang mengandung kemaslahatan. Dalam infaq tidak ada nishab, oleh alasannya ialah itu, infaq boleh dikeluarkan oleh orang yang berpenghasilan tinggi atau rendah, disaat lapang maupun sempit. Infaq ialah ibadah sosial yang sangat utama. Kata infaq mengandung pengertian bahwa menafkahkan harta di jalan Allah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru akan semakin menambah harta.
Suatu kenikmatan utama dari Allah ialah rezeki yang lapang dan harta yang melimpah, sedang harta yang terbaik ialah harta yang menjaga dari kehinaan meminta dan untuk menjaga kehormatan. Orang yang mengerti hak dirinya dan menghendaki kebahagiaan maka ia bersikap dan berperilaku memenuhi kehormatan, tidak butuh meminta kepada orang lain dan harta dijadikan sebagai kekuatan di tengah kehidupan manusia.
Sedekah ialah pemdiberian sesuatu yang bersifat kebaikan berupa barang maupun jasa dari seseorang kepada orang lain tanpa mengaharap suatu imbalan apapun selain ridho Allah. Sedekah mengatakan pengertian ihwal kebenaran keimanan seseorang.
Ketiga: Menolong Tanpa Pamrih
Perilaku menolong tanpa pamrih ialah pemdiberian tunjangan pada orang lain tanpa mengaharap adanya laba pada diri orang yang menolong. Altruistic behavior would consist of committing an action which would help the person in need (perilaku menolong orang lain tanpa pamrih ialah melaksanakan suatu tindakan untuk memmenolong orang lain yang sedang membutuhkan) Secara teoritis kondisi yang demikian susah didapatkan, terutama pada jaman sekarang. Seandainya ada, frekuensinya akan sangat kecil.
Perkara tulus dalam Islam ialah begitu agung, sehingga seorang muslim akan diterima peribadahannya jikalau salah satunya dilakukan dengan ikhlas.
Keikhlasan ialah salah satu tolak ukur diterima atau ditolaknya ibadah seseorang. ayat di atas memerintahkan kita diberibadah kepada Allah Yang M aha Esa. Anjuran Islam ihwal menolong juga harus disertai dengan keikhlasan. Apabila tunjangan tidak dibarengi dengan keikhlasan, maka akan sia-sia saja apa yang sudah dikejakan.
®
Kepustakaan:
Stephen Worchel, Understanding Social Psychology, (United States of America: The Dorsey, 1976). Kathu Suhardi, Niat dan Ikhlas, (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2007 ). M. Syafi’ie el-Bantanie, Zakat, Infaq, dan Sedekah, (Bandung: salamadani, 2009). M. Thobroni, Mukjizat Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2008). Achmad Sunarto, Menuju Akhlak Nabi,Terj. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006). M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2006). Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka, 2006).